Rabu, 13 Januari 2010

Masjid Cheng Hoo Surabaya


Masjid ini merupakan masjid pertama di Indonesia yang bernuansa arsitektur Tiongkok. Masjid ini dibangun atas keinginan masyarakat muslim Tionghoa di Indonesia untuk memiliki sebuah masjid dengan gaya Tionghoa, untuk lebih mempertegas budaya Tionghoa.
Begitu melihat bangunan ini, melalui bentuk atapnya dan warna yang mendominasi bangunannya, kita akan berfikir bahwa bangunan ini adalah sebuah kuil. Namun, begitu kita lihat dengan seksama, di puncak mahkota dapat kita lihat tulisan kaligrafi Allah layaknya masjid-masjid kebanyakan. Kemudian, terlihat juga ukiran kaligrafi pada lubang penghawaan yang berbentuk bundar, serta keberadaan bedug dan mihrab pada bangunan ini.
Masjid kecil ini memiliki konsep yang sarat dengan makna. Bentuk bangunan yang bergaya Tiongkok dan dipadukan dengan budaya Jawa, menggambarkan sikap hidup Laksamana Cheng Hoo yang bergaya hidup masyarakat kosmopolitan, penuh toleransi dan harmoni. Perpaduan ini dapat kita lihat melalui bentuk atap utama yang berbentuk pagoda (budaya India kuno) segi 8 (dalam perhitungan Tionghoa angka 8 berarti keberuntungan) dan berlapis 3 (budaya Hindu Jawa). Nuansa Tiongkok pada atapnya semakin terasa dengan coraknya dan warna yang didominasi oleh warna hijau, merah, dan kuning. Bentuk atap ini juga merupakan hasil adaptasi dari masjid Niu Jie di Beijing.
Komposisi bangunan dan lahannya juga memiliki makna tertentu. Ukuran masjid yang imut ini terlihat sangat mencolok, karena berada di tengah lahan yang luas, tampil bak kapal Admiral Cheng Hoo yang membelah samudra luas.
Ukuran podium yang kecil (9m x 11m) juga ternyata memiliki makna. Angka 11 di ambil dari ukuran Ka’bah di Mekkah. Sedangkan, angka 9 melambangkan jumlah Wali Songo, Sembilan wali yang menyebarkan ajaran islam di Indonesia.
Warna merah, hijau, biru, dan kuning yang mendominasi masjid ini juga ternyata memiliki makna tertentu. Warna-warna ini sering digunakan pada bangunan Tiongkok kebanyakan. Dominasi warna-warna ini membuat nuansa Tiongkok semakin kental pada masjid ini. Dalam kepercayaan Tionghoa, masyarakatnya percaya bahwa warna merah melambangkan kebahagiaan, biru melambangkan harapan, kuning melambangkan kemasyhuran, dan hijau melambangkan kemakmuran.
Jumlah anak tangga yang berada di dalam dan luar masjid juga tidak sama. Di dalam masjid berjumlah 6, sedangkan di luar masjid bejumlah 5. Ternyata, jumlah anak tangga yang berbed ini sengaja dibuat oleh arsirteknya. Jumlah kedua anak tangga ini melambangkan jumlah rukun iman dan rukun islam yang dimiliki umat islam.
Masjid yang dibangun tanpa pintu ini, juga melambangkan sikap Laksamana Cheng Hoo yang penuh dengan keterbukaan dan menyambut kedatangan siapapun dengan latar belakang apapun dengan baik. Keterbukaan masjid ini juga demikian, siapapun dengan latar belakang apapun yang dimiliki dapat memasuki masjid ini.
Masjid yang grand opening-nya pada tanggal 28 Mei 2003 dan dibuka oleh Menteri Agama RI pada saat itu, juga menghadirkan sebuah penghargaan dari MURI atas prestasi sebagai “Pemrakarsa dan Pembuat Masjid Ber-arsitektur Tiongkok”. Tentu prestasi yang membanggakan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by EiAk - Journalism World | EiAk Corporation